Sunday, April 27, 2008
Wanita dalam Perspektif Islam (Al-Quran)
1. Kesetaraan dalam pahala kebaikan;
Allah akan memberikan pahala yang sama kepada wanita dan pria dalam hal kebaikan. Yang berbeda itu adalah bonus yang didapatnya sesuai dengan tantangannya masing-masing.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran 3: 195 yang artinya:
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): ‘Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain’”.
2. Kesetaraan untuk mendapatkan pengampunan;
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Ahzab 33: 35 yang artinya:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.
3. Kesetaraan dalam kewajiban mencari ilmu;
Allah SWT berfirman dam Q.S. Al-‘Alaq 96: 1 – 5 yang artinya:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
4. Kesetaraan dalam bidang politik dan profesi
Sumber: Majelis Percikan Iman (Ust. Aam Amiruddin)
Monday, April 21, 2008
Hari Kartini
Putri sejati;
Putri Indonesia;
Harum namanya.
Ibu kita Kartini;
Pendekar bangsa;
Pendekar kaumnya;
Untuk slamanya.
Wahai Ibu kita Kartini;
Putri yang mulia;
Sungguh besar cita-citanya;
Bagi Indonesia.
Saturday, April 19, 2008
Kampung Surga
Pake mobil JIHAD,
bensinnya ISTIQOMAH,
sopirnya IKHLAS,
lewat jalan IMAN,
selalu bawa peta AL-QURAN dan AS-SUNNAH, dan
bekal TAQWA...
Mauuu?
Sampai berjumpa disana... (^_^)
Tuesday, April 15, 2008
Tiga Pertanyaan
Ada seorang pemuda yang sudah lama menuntut di Amerika telah kembali ke tanah air. Setibanya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, ustadz atau siapapun yang mampu menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.
Pemuda: "Anda siapa? Dan apakah Anda mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?"
Ustadz: "Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan Anda."
Pemuda: "Anda yakin? Sedangkan profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya."
Ustadz: "Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya".
Pemuda: "Saya mempunyai 3 buah pertanyaan, 1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya?; 2. Apakah yang dinamakan takdir?; 3. Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berpikir sejauh itu?"
Tiba-tiba ustadz tersebut menampar pipi si pemuda itu dengan keras.
Pemuda itu (sambil menahan sakit): "Kenapa Anda marah kepada saya?"
Ustadz: "Saya tidak marah... Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya".
Pemuda : "Saya sungguh tidak mengerti".
Ustadz: "Bagaimana rasanya tamparan saya?"
Pemuda : "Tentu saja saya merasakan sakit".
Ustadz: "Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada?"
Pemuda: "Ya"
Ustadz: "Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!"
Pemuda: "Saya tidak bisa..."
Ustadz: "Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya".
Ustadz: "Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?"
Pemuda: "Tidak".
Ustadz: "Apakah pernah terpikir oleh Anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?"
Pemuda: "Tidak"
Ustadz: "Itulah yang dinamakan takdir"
Ustadz: "Dibuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?"
Pemuda: "Kulit"
Ustadz: "Dibuat dari apa pipi Anda?"
Pemuda : "Kulit"
Ustadz: "Bagaimana rasanya tamparan saya?"
Pemuda: "Sakit"
Ustadz: "Walaupun syetan terbuat dari api dan neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syetan".
Renungkanlah...
Monday, March 17, 2008
PERAN ORANG TUA DALAM MENJAMIN TUMBUH KEMBANG ANAK YANG OPTIMAL
Disampaikan dalam DIALOG PENDIDIKAN tanggal 12 Maret 2008 Perguruan Darul Hikam di Gedung BAPEDA Dago
Pendahuluan
Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan masa depan yang gilang gemilang bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi orang yang sukses, berguna bagi nusa dan bangsa, berhasil dalam karir, menjadi insan yang shaleh, berilmu, dan bertaqwa. Ini tentu menjadi dambaan kita semua, para orang tua yang menyintai putra-putrinya. Oleh karena itu, semua orang tua sangat berperan dan bertanggung jawab untuk mendidik putra-putrinya dengan baik.
Peran Penting Orang Tua
Namun perlu senantiasa kita ingat bahwa anak-anak sebagai generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal.
Dengan demikian, para orang tua memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan tersebut guna merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Ini semua dapat dimulai sejak bayi. Bayi-bayi memperoleh berbagai rangsang mental dalam bentuk pengalaman yang kaya, juga cenderung akan memiliki perkembangan jiwa yang sehat. Pengalaman tersebut dapat berupa sentuhan yang hangat, dekapan, belaian, senandung lagu-lagu yang merdu atau dongeng-dongeng indah yang dibacakan ibu dalam suasana kasih sayang yang hangat.
Bayi-bayi yang memperoleh sentuhan emosional demikian akan tumbuh sehat dan cerdas kelak di kemudian hari. Suasana yang penuh kasih sayang mau menerima anak sebagaimana apa adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segenap aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban bagi tumbuhnya generasi unggul di masa depan.
Memahami Anak
Di sisi lain, keberhasilan suatu pendidikan juga sering dikaitkan dengan kemampuan orang tua dan guru dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman yang indah. Mereka akan tumbuh dan merekah bersama.
Selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan lagi yang perlu kita perhatikan dalam kaitannya dalam upaya kita memahami anak yaitu bahwa anak adalah:
Bukan Orang Dewasa Mini
Anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini. Mereka memiliki keterbatasan-keterbatasan bila harus dibandungkan dengan orang dewasa. Selain itu mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak.
Untuk itu menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam. Mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat dengan membayangkan bahwa mereka adalah orang-orang dewasa seperti kita, tentu bukan merupakan sikap yang bijaksana.
Dunia Bermain
Dunia mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh dengan spontanitas dan menyenangkan. Sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Namun sebaliknya akan dibenci dan dijauhi oleh anda apabila suasananya tidak menyenangkan.
Seorang anak akan rajin belajar, melakukan pekerjaan rumahnya apabila suasana belajar adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan.
Berkembang
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis. Tidak biasa anak yang dulu sewaktu masih bayi tampak begitu lucu dan penurut, sekarang pada usia empat tahun, misalnya, juga tetap dituntut lucu dan penurut. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan perilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut.
Dengan memahami bahwa anak berkembang, kita akan tetap tenang dan bersikap dengan tepat menghadapi berbagai gejala yang mungkin muncul pada setiap tahap tertentu perkembangannya tersebut.
Senang Meniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.
Anak-anak yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan dimana orang-orang disekelilingnya juga gemar membaca. Mereka meniru ibu, ayah, kakak, atau orang-orang lain disekelilingnya yang mempunyai kebiasan membaca tersebut.
Dengan demikian maka orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilalu bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.
Kreatif
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif. Misalnya: rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi resiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya. Namun sering dikatakan bahwa begitu anak masuk ke sekolah, kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran di TK dan SD terlalu menekankan pada cara berpikir yang konvergen, sementara berpikir secara divergen kurang dirangsang.
Dalam hal ini maka orang tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak, dengan bersikap luwes dan kreatif pula. Bahan-bahan pelajaran di sekolah, termasuk bahan ulangan ujian hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar menurut guru atau kunci. Kepada mereka tetaplah perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya secara liar, dengan menerima dan menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif. Begitu pula orang tua di rumah, hendaknya tidak selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak, namun secara rendah hati tetap harus menerima gagasan anak yang mungkin tampaknya aneh dan tidak lazim. Sebab hanya dengan demikian anak pun akan terpacu untuk belajar dengan motivasi yang tinggi.
Anak-anak yang dihargai cenderung akan terhindar dari berbagai psikologis serta akan tumbuh dan berkembang secara lebih optimal.
Komunikasi yang Efektif
Selain kemampuan untuk memahami anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal sebaiknya orang tua maupun guru sebagai pendidik juga dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan kepada anak agar saluran komunikasi antara orang tua dan anak dapat senantiasa terbuka sehingga terjalin hubungan yang hangat dan akrab, didasarkan pada suasana kasih sayang dan menghargai.
Anak-anak sering tidak mau melanjutkan berkomunikasi dengan orang tua, hanya karena waktu anak menceritakan masalahnya orang tua dan kemudian menyalahkan atau memberikan kuliah secara panjang lebar. Pesan yang terkandung didalamnya, kalau tidak menasehati, memberi ceramah, mengkritik, menyalahkan atau mungkin memerintah atau mengancam.
Reaksi-reaksi semacam ini tentu saja akan merusak komunikasi. Anak tersinggung dan tak ingin melanjutkan kembali komunikasinya, karena mereka akan kecewa, sedih, benci, merasa tidak dimengerti dan bahkan marah.
Dalam hal anak mengungkapkan perasaan atau masalahnya, orang tua pertama kali perlu membuka pintu lebar-lebar dan mengundang anak-anak untuk berbicara lebih banyak.
Selanjutnya orang tua juga perlu belajar mendengar aktif, yaitu proses mendengar dimana penerima berusaha untuk mengerti perasaan pengirim, atau berusaha untuk mengerti arti pesan yang dikirimkan. Dalam hal ini pengertian yang diterimanya dinyatakan dalam sebuah kalimat dan dikirim kembali kepada pengirim sebagai umpan balik. Jadi penerima tidak mengirimkan pesannya sendiri dalam bentuk penilaian, pendapat, nasehat, analisis atau kritik tetapi murni sebagai apa yang dianggapnya sebagai arti pesan si pengirim. Itu saja, tidak lebih.
Melalui proses mendengar aktif, orang tua memperlihatkan bahwa ia menerima perasaan anak, sehingga anakpun tertolong untuk dapat menerima pendapat orang lain termasuk orang tua. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih bertanggung jawab serta memudahkan pemecahan masalah oleh anak.
Mendengar aktif memerlukan sejumlah sikap dasar tertentu dari orang tua, agar dapat berfungsi secara efektif. Yaitu bahwa pada saat tersebut orang tua harus:
- mau mendengar anak;
- bersungguh-sungguh mau menolong anak;
- dapat meneriman perasaan anak;
- mempercayai kemampuan anak;
- menyadari bahwa perasaan tersebut hanya sementara;
- menyadari bahwa anak adalah individu.
Apabila hal di atas belum memungkinkan, maka orang tua perlu mencari waktu secara khusus agar sikap dasar di atas dapat dipenuhi.
Cara mendengar aktif ini dipergunakan oleh orang tua apabila persoalan ada pada diri anak. Misalnya: anak tidak mau mengerjakan PR, anak tidak mau ke sekolah, anak ingin memiliki sesuatu sebagaimana dimiliki oleh teman-temannya dan sebagainya. Lalu bagaimanakah langkah untuk komunikasi dimana persoalan bermula dari pihak orang tua?
Bila cara yang disampaikan cenderung kasar dan menggurui hal ini akan merusak komunikasi antara orang tua dengan anak. Karena dengan cara demikian anak akan merasa bersalah, harga dirinya turun, membuat pertahanan diri yang kuat, menolak usaha orang tua, dan kemudian terdorong untuk menyerang orang tua atau timbul keinginan untuk membalas dendam.
Orang tua perlu memilih suatu cara yang lebih efektif untuk mempengaruhi anak agar merubah tingkah lakunya yang tidak dapat diterima oelh orang tua. Cara itu adalah “pesan diri” atau “pesan aku”, yaitu suatu cara yang tidak mengundang pertentangan atau pemberontakan anak. Dalam hal ini secara jujur orang tua harus mengatakan kepada anak akibat dari tingkah lakunya tersebut terhadap orang tua. Bukannya dengan mencap bahwa ada sesuatu yang buruk pada diri anak akibat ia bertingkah laku demikian.
“Pesan diri” di atas akan jauh lebih efektif untuk mempengaruhi anak dibandingkan dengan cara sebelumnya, disamping juga lebih sehat untuk hubungan orang tua dengan anak. Dalam hal ini tanggung jawab untuk mengubah tingkah laku tetap diletakkan pada diri anak sendiri, tanpa harus mengatakan bahwa anak itu “jahat” atau “bandel”. Karena “pesan diri” merupakan suatu pesa yang jujur, maka pesan semacam ini cenderung akan mempengaruhi anak untuk mengirimkan pesan yang jujur pula bilamana ia memiliki suatu perasaan tertentu.
Guna mengatasi kemungkinan timbulnya konflik, orang tua juga dapat melakukan usaha untuk mengubah lingkungan, sehingga kebutuhan anak tetap dapat terpenuhi tanpa harus mengganggu orang tua. Misalnya:
· Memperkaya lingkungan, berupa penyediaan suatu tempat khusus di garasi yang dipenuhi dengan alat-alat mainan, bahan bacaan, perlengkapan untuk merangsang kreativitas anak dan sebagainya;
· Menciptakan lingkungan “tahan anak”, berupa usaha menjauhkan anak dari benda-benda berbahaya seperti pisau yang tajam, korek api, obat-obatan, kabel listrik, barang pecah belah, dan sebagainya;
· Menciptkan lingkungan berupa penyediaan alat-alat yang mudah dijangkau oleh anak seperti almari kecil untuk anak, wastafel yang mudah dijangkau, piring dan cangkir plastik yang tidak mudah pecah dan sebagainya;
· Merencanakan bersama, berupa usaha untuk membicarakan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak, misalnya memberitahukan akan datangnya seorang tamu, rencana ayah yang akan ke luar kota, bagaimana penggunaan telpon, jam berapa anak harus tidur, tugaas anak-anak di hari lebaran, dan sebagainya.
Mengembangkan Kecerdasan dan Kreativitas
Menyadari akan arti penting perencanaan orang tua bagi upaya pengembangan kecerdasan anak di rumah, maka sangat dianjurkan kepada setiap orang tua untuk meluangkan waktu secara teratur bagi putra-putri balitanya.
Untuk mengembangkan kemampuan bahasa, misalnya, biasakan agar orang tua rajin menjalin percakapan dengan si kecil. Pada saat anak masih bayi ajaklah ia berbicara dengan suara yang halus meskipun anak belum mengerti artinya, pada waktu anak berusia 2 – 3 tahun, biasakanlah untuk membacakan cerita-cerita dari buku-buku dengan gambar-gambar yang menarik, ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya.
Melalui cara-cara sederhana, pada usia dini anak sudah mulai dapat diperkenalkan pada kegiatan membaca dan menulis, misalnya dengan cara menempelkan tulisan-tulisan pada benda-benda di sekitar anak, sekitar kursi, meja, televisi, pintu, jendela, dan sebagainya. Atau kepada anak diberikan kertas ukuran besar agar anak dapat menggambar huruf-huruf sederhana seperti O, I, U, A, dan sebagainya.
Untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana seperti misalnya menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat anak sendiri.
Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, kepada anak bisa diajak untuk menjelajahi dunianya dengan cara melakukan berbagai eksperimen seperti mengamati tumbuhnya kecambah, mengamati proses telur yang sedang menetas, memperhatikan saat pesawat udara tinggal landas atau mendarat, dan sebagainya.
Kaitkan semua kegiatan di atas sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Dengan demikian anak akan tumbuh dengan hasrat ingin tahu yang besar, kemampuan logika yang baik, senang membaca dan menulis, serta menyukai berbagai gagasan matematika. Ini adalah hal-hal yang merangsang pengembangan kecerdasan anak.
Untuk mengembangkan kreativitas anak sejak usia dini, orang tua hendaknya dapat melakukan berbagai hal di rumah bersama si kecil, dengan cara yang sederhana, mudah dan tidak harus selalu dengan biaya yang mahal. Misalnya:
- mendongeng;
- berkarya kreatif;
- melukis bebas;
- menjaga lingkungan sekitar.
Bila hal ini dilakukan, kiranya akan tumbuh anak-anak kreatif yang mampu memiliki berbagai gagasan cemerlang yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya maupun lingkungannya kelak.
Dari berbagai macam penelitian diperoleh kesimpulan bahwa upaya untuk merangsang kecerdasan dan kreativitas anak tidak hanya dapat dilakukan di sekolah melalui peran penting guru, namun yang lebih penting justru melalui kegitan bermain di rumah bersama orang tua.
Banyak dijumpai anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual atau kreativitas luar biasa, adalah anak-anak yang justru memperoleh semangat dan dorongan dari orang tuanya di rumah. Dalam keluarga anak-anak tersebut, orang tua terlibat aktif secara intelektual dalam proses perkembangan anak-anaknya. Mereka berdiskusi mengenai pelajaran maupun berbagai hal, bertanya, berasumsi, menyelidiki, dan mengeksplorasi berbagai objek.
Orang tua John Irving, misalnya, menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain dan terlibat secara intelektual bersama John setiap hari, sehingga anak tersebut akhirnya menjadi penulis ternama. Begitu pula orang Steven Spielberg, tak jemu-jemunya berdialog dan melayani aneka pertanyaan serta rasa ingin tahu Steven, sehingga akhirnya anak tersebut menjadi sutradara terkenal. Tak terkecuali, orang tua Thomas Alva Edison juga memeran peranan penting bagi perkembangan anak tersebut sehingga akhirnya Thomas menjadi seorang penemu ulung.
Rumah yang menunjang kecerdasan dan kreativitas adalah rumah dimana anak dan orang dewasa yang berada didalamnya terlibat dalam kebiasaan kreatif. Mereka mempertanyakan apa yang dilihat, berusaha menemukan sesuatu yang baru dalam menjawab suatu persoalan serta mencipta hal-hal baru sebanyak mungkin. Sikap para orang tua di sini mampu untuk mendorong anak untuk maju dan mencoba hangat dan selalu memberi semangat serta menunjukkan sikap senang dan bekerjasama dengan anak-anaknya di rumah.
Suasana yang penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di masa yang akan datang.
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Danah Zohar dan Ian Marshal dalam bukunya yang berjudul “Connecting with Our Spiritual Intelligence” (2000) menyatakan bahwa dalam otak manusia ditemukan adanya eksistensi God-Spot sebagai pusat spiritual yang terletak antara jaringan syaraf dan otak. Adanya God-Spot dalam otak menunjukkan bahwa manusia memiliki kepekaan terhadap makna hidup dan nilai-nilai kehidupan.
Kecerdasan spiritual dapat menumbuhkan fungsi manusiawi seseorang sehingga membuat mereka lebih kreatif, luwes, berwawasan luas atau spontan, dapat menghadapi perjuangan hidup, menghadapi kecemasan dan kekhawatiran, dapat menjembatani antara dini sendiri dan orang lain serta menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.
Peran orang tua dalam upaya menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual sangat penting, sama pentingnya dalam upaya orang tua dalam menumbuhkembangkan potensi kecerdasan anak pada bidang yang lainnya. Dalam hal ini sebaiknya yang dilakukan oleh orang tua adalah:
· Usahakan untuk tidak mematikan spontanitas anak;
· Usahakan untuk tidak selalu berprasangka buruk ada anak maupun orang lain;
· Upayakan agar dapat mendidik dan membesarkan anak dengan kasih sayang serta keakraban dalam lingkungan keluarga;
· Tumbuhkanlah rasa percaya anak dengan tidak menekan anak sehingga menjadi takut mencoba sesuatu hal yang baru serta dapat mengambil kesimpulan yang salah terhadap suatu peristiwa;
· Upayakan agar anak dapat membuat dan memiliki prioritas hidup.
Selanjutnya, bagaimana caranya agar hal ini dapat diwujudkan pada anak-anak kita sejak usia dini sebagai persiapan menyongsong milenium ke III yang lebih penuh dengan tantangan?
Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, contoh-contoh nyata berupa sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi kesulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, tidak mudah putus asa, lebih banyak tersenyum daripada cemberut, semua ini memungkinkan anak mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional maupun kecedersan moral dan spiritualnya.
Penutup
Anak-anak unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh secara optimal. Dalam hal ini orang tua, memainkan peranannya yang sangat penting. Oleh karena itu, tentunya dibutuhkan suatu kesungguhan dari kita semua, para orang tua untuk secara tekun dan rendah hati melakukan hal-hal yang terbaik bagi putra-putri kita.
Kiranya uraian di atas dapat memberikan sedikit wawasan bagi para orang tua untuk usaha-usaha tersebut. Semoga.
Kepustakaan
Amabile, T.M. (1989). Growing Up Creative. New York: Crown Publishers, Inc.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences. New York: Basic Books – Harper Collins Publ.,Inc.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. New York: Batmans Books.
Lewis, D. (1982). How to be a Gifted Parent. New York: Barkeley Books.
Papalia, Diane E. & S.W. Olds. (1995). Human Development. New York: MeGraw – Hill, Inc.
Monday, March 3, 2008
MENJADI DIRIKU
(^0^)
=00=00==
Qta nyanyi yuuk!!!!
Tak seperti bintang di langit;
Tak seperti indah pelangi;
Karna diriku bukanlah mereka;
Ku apa adanya;
Wajahku kan memang begini;
Sikapku jelas tak sempurna;
Kuakui ku bukanlah mereka;
Ku apa adanya;
Reff:
Menjadi diriku;
Dengan segala kekurangan;
Menjadi diriku;
Atas kelebihanku
Terimalah aku;
Seperti apa adanya;
Aku hanya insan biasa;
Tak butuh sempurna;
Tetap ku bangga;
Atas apa yang kupunya;
Setiap waktu kunikmati;
Anugrah hidup yang kumiliki..
#Edcoustic#
Tuesday, February 26, 2008
HATI
Yang membuatku terganggu;
Ada sesuatu;
Yang membuatku termenung;
Ada sesuatu;
Yang membuat hatiku tak menentu;
Sesuatu ... Sesuatu ... Sesuatu ...
Harus aku apakan sesuatu itu;
Aku tidak tahu;
Ingin kuutarakan;
Tapi bagaimana;
Aku tidak tahu...
Haruskah kusimpan saja?;
Aku juga tidak mau seperti itu;
Membuat hatiku semakin tak menentu saja;
Aku tidak mau seperti itu;
Tidak ... tidak ...
Sesuatu telah hadir dalam hidupku;
Membuatku harus memilih;
Apa mungkin sesuatu yang aku harapkan;
Akan aku dapatkan?;
Inginnya begitu;
Siapa yang tidak ingin?;
Mendapatkan sesuatu yang ingin diwujudkan;
Bisa terwujud ...
Yaa Allah apa yang harus aku lakukan?;
Hanya kepada-Mu aku memohon;
Tolonglah aku;
Aku tidak berdaya;
Kuserahkan semua kepada-Mu;
Karena hanya Engkau-lah pemilik segalanya;
Setiap do'a yang kupanjatkan;
Aku yakin Kau akan mengabulkan do'aku.
Apapun yang Kau berikan padaku;
Aku yakin itulah yang terbaik untukku;
Akan kuterima ...
Dengan keridhoan-Mu;
Dan jadikan hati ini juga ridho.
Monday, February 18, 2008
MENGENALI DAN MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK (MULTIPLE INTELEGENCES)
1. kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia;
2. kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan;
3. kemampuan untuk mendapatkan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya
seseorang.
1. Setiap orang memiliki 8 kecerdasan;
2. Orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang
memadai;
3. Kecerdasan-kecerdasan ini umumnya bekerja bersama dengan cara yang kompleks;
4. Banyak corak untuk menjadi cerdas dalam setiap bidang.
1. Kecerdasan LINGUISTIK
Ciri-ciri:
- kecakapan berkomunikasi, berkata-kata, membentuk bunyi-bunyian, kata berirama,
menyenangi puisi;
- mudah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata;
- senang membava dan menulis;
- orator atau pembicara yang fasih.
2. Kecerdasan LOGIKA-MATEMATIKA
Ciri-ciri:
- kemampuan deduktif;
- menyukai hal-hal yang berhubungan dengan angka dan berhitung;
- menyukai eksperimen;
- menyukai pelajaran eksak;
- senang menganalisa;
- menyukai matematika.
3. Kecerdasan MUSIK
Ciri-ciri:
- kemampuan berirama, mengenali nada, bergoyang-goyang;
- senang bernyanyi atau mendengarkan musik dimana pun berada;
- peka terhadap nada dan irama;
- dapat membedakan nada.
4. Kecerdasan VISUAL-SPASIAL
Ciri-ciri:
- menyukai bidang seni rupa (lukis, patung);
- senang merekam peristiwa;
- senang menggambar.
5. Kecerdasan KINESTETIK
Ciri-ciri:
- kemampuan untuk memanipulasi mental, pikiran;
- menyukai gerak tubuh;
- menyukai aktivitas tubuh.
6. Kecerdasan INTERPERSONAL
Ciri-ciri:
- kemampuan mengenali bahasa tubuh (tersirat dan tersurat);
- pandai berkomunikasi;
- senang melakukan aktivitas yang menyangkut orang banyak.
7. Kecerdasan INTRAPERSONAL
Ciri-ciri:
- skill untuk introspeksi diri;
- memiliki buku catatan harian;
- sensitif terhadap nilai diri;
- menyadari kelebihan dan kekurangan diri;
- senang berekreasi sendiri.
8. Kecerdasan NATURAL
Ciri-ciri:
- senang memelihara binatang peliharaan dan tanaman;
- minat besar terhadap flora dan fauna;
- peduli lingkungan;
- menyukai alam
1. Faktor keturunan (bawaan/ genetik);
2. Faktor lingkungan.
1. Linguistik: ajak bercakap-cakap (ketika dalam kandungan juga), dibacakan cerita,
menyanyikan lagu;
2. Logika-Matematika: latih mengelompokkan, menyusun, merangkai, bermain angka,
catur, monopoli, komputer, puzzle, teka-teki;
3. Visual-Spasial: mengamati gambar, foto, melipat, permainan komputer;
4. Kinestetik (Gerak Tubuh): latih berdiri dengan satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, senam, menari;
5. Musik: latih bernyanyi, memainkan alat musik;
6. Interpersonal: bermain dengan anak yang lebih tua, saling berbagi kue; mengalah,
permainan mengendalikan diri, mengenal berbagai suku bangsa;
7. Intrapersonal: menceritakan perasaan, keinginan, cita-cita, pengalaman, berkhayal;
8. Naturalis: memelihara tanaman dalam pot, memelihara hewan peliharaan, rekreasi ke
kebun, ke kebun binatang.
Indra Kusumah, S.Psi. PRA EXCELLENT PARENTING TRAINING
Sabtu, 16 Februari 2008 (Aula SMA Darul Hikam Jl. Tubagus Ismail)
Saturday, February 9, 2008
محبة الله (Mencintai Allah)
1. Ada kerinduan;
Obatnya rindu adalah dengan komunikasi.
2. Ada perhatian;
3. Ada kekaguman;
4. Ada pengorbanan.
Q.S. Al-Baqarah 2: 165 yang artinya:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
Q.S. At-Taubah 9: 24 yang artinya:
“Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”.
Q.S. Ali Imran 3: 31-32 menjelaskan tentang bukti cinta kepada Allah SWT
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
“Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
Q.S. Al-Maidah 5: 54.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui”.
Lima (5) konsekuensi cinta:
1. Cinta harus melahirkan kesetiaan (loyalitas) kepada Allah;
2. Cinta harus melahirkan sikap mencintai siapapun yang dicintai kekasih (Allah);
3. Cinta harus melahirkan sikap mencintai apapun yang dicintai kekasih (Allah);
4. Cinta harus melahirkan sikap membenci siapapun yang dibenci kekasih (Allah);
5. Cinta harus melahirkan sikap membenci apapun yang dibenci kekasih (Allah).
AMAL-AMAL YANG BISA MENDATANGKAN CINTA ALLAH
A. BERBUAT IHSAN;
إحسن، حسن: baik
Ihsan yaitu selalu berbuat baik/ selalu memperbaiki.
Orang yang berbuat ihsan selalu mencari ilmu dan tekad/ keinginan (makna tersirat dari memperbaiki (إحسن)
Q.S. Az-Zumar 39: 18
“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal”.
Q.S. Az-Zumar 39: 55
“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”.
Q.S. Al-Isra 17: 53
“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.
مُحْسِن (Orang yang berbuat ihsan) selalu menggunakan kata-kata terbaik, santun.
Q.S. Al-Baqarah 2: 195
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Q.S. An-Nahl 16: 90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Q.S. Adz-Dzariyat 51: 15 – 19
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
(Al-Hadits)
“Sesungguhnya Allah menyukai kebaikan dan mencintai orang yang berbuat baik”
Ada ungkapan, “yang baik belum tentu benar, yang benar pasti benar”
Prinsip agar selalu tetap berbuat baik adalah:
“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
B. SABAR;
Apa itu sabar?
Menurut Shahath bin Mahmud:
Sabar adalah teguh (istiqamah) berada dalam jalan kebenaran, tidak larut pada ajakan nafsu, jiwanya tidak pernah mengenal putus asa, dan lidahnya tidak pernah mengeluh kecuali pada Allah SWT, serta selalu berikhtiar dengan sungguh-sungguh.
Q.S. Ali Imran 3: 146
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar”.
Q.S. Ali Imran 3: 200 (perintah bersabar).
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
a. Jadikan sabar itu sebagai penolong, energi, senjata;
Energi kehidupan ada lima, yaitu:
1. Cinta;
2. Do’a;
3. Ilmu;
4. Syukur;
5. Sabar.
Q.S. Al-Baqarah 2: 45 : sabar itu sebagai energi, penolong, senjata
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”.
Q.S. Al-Baqarah 2: 46 : orang sabar itu adalah orang yang khusyuk.
“(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”.
b. Sabar bisa menjadi penyelamat dari segala kerugian;
Q.S. Al-‘Ashr 103: 1 – 3
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
c. Sabar merupakan jalan hidup yang terbaik;
Q.S. An-Nahl 16: 126
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”.
d. Sabar menghadapi nafsu.
C. TAQWA;
a. Menurut Ubay bin Ka’ab r.a.:
Taqwa adalah waspada, mawas diri. Secara bahasa taqwa berarti hati-hati
b. Menurut Abdullah bin Mas’ud r.a.:
Taqwa adalah melaksanakan perintah-perintah Allah menjauhi kemaksiatan, mensyukuri nikmat-Nya, dan selalu mengingat-Nya.
Urgensi taqwa:
1. Taqwa bisa mendatangkan cinta Allah;
Q.S. Ali Imran 3: 76
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa”.
2. Wasiat Allah untuk semua Nabi;
Q.S. An-Nissaa 4: 131
“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”.
3. Merupakan bekal terbaik;
Q.S. Al-Baqarah 2: 197
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal”.
4. Merupakan kunci kemenangan.
Q.S. Ali Imran 3: 120
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”.
Ciri-ciri taqwa:
1. Memiliki kepekaan sosial;
2. Pandai mengendalikan emosi;
3. Memiliki jiwa pemaaf;
4. Segera bertaubat dan istighfar apabila berbuat kesalahan.
Istighfar : sebatas ucapan/ kata-kata;
Taubat : ditindaklanjuti dengan perbuatan.
Ciri-ciri taubat:
1. berhenti;
2. tidak mengulangi;
3. recovery (pemulihan dengan amal sholeh).
Keempat point ciri-ciri taqwa (1, 2, 3, dan 4) di atas dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran 3: 133 – 135.
Tipe-tipe pendosa:
1. meremehkan dosa;
2. menunda-nunda taubat;
3. baru bertaubat kalau sudah susah;
4. putus asa;
5. orang yang sadar akan dosanya dan yakin Allah akan mengampuninya dan mau bertaubat.
Trik agar taubat kita diterima Allah SWT, yaitu:
a. Menyesal;
Rasul SAW bersabda: “Menyesal itu salah satu bentuk taubat”. (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hiban)
b. Melaksanakan shalat 2 raka’at (disebut shalat taubat/ shalat mutlaq) sambil membaca do’a yang ada dalam surat Al-‘Araf 7: 23
c. Meninggalkan dosa;
Hadits diriwayatkan Ibnu Abbas: “Orang yang bertaubat namun ia tetap mengerjakannya (dosa) maka ia seperti mengolok-olokkan Tuhannya”. (HR. Ibnu Abi Dunya)
d. Tidak mengulangi.
Q.S. Al-Furqon 25: 68 - 71
5. Taat kepada kebenaran;
Q.S. At-Taghobun 64: 16
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. dan Barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
6. Rajin introspeksi diri:
Q.S. Al-Hasyr 59: 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
7. Berjuang untuk mendapat husnul khotimah;
Q.S. Ali Imran 3: 102
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”.
8. Sangat yakin adanya hari pembalasan;
Q.S. Al-Hajj 22: 1
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)”.
9. Kerasan (betah) berada dalam lingkungan yang sholeh.
Q.S. At-Taubah 9: 119
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
Manfaat taqwa:
a. Allah akan memberikan ridho-Nya;
Q.S. Al-Bayyinah 98: 7 – 8
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah Sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”.
b. Taqwa akan melahirkan jiwa furqon (mampu memisahkan kebaikan dan keburukan);
Q.S. Al-Anfal 8: 29
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar”.
c. Allah akan memberikan berkah pada orang yang taqwa;
Berkah adalah kebaikan yang memiliki nilai plus.
Q.S. Al-‘Araf 7: 96
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
d. Allah akan memberikan solusi.
D. BERBUAT ADIL;
Q.S. Al-Maidah 5: 42
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”.
Q.S. An-Nissaa 4: 58
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat”.
Adil bukan berarti sama rata.
Adil adalah menempatkan segala sesuatu secara proporsional.
Q.S. An-Nissaa 4: 135
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.
Kesimpulan dari ayat tersebut adalah:
1. Adil terhadap diri sendiri;
2. Adil terhadap ibu bapak (keluarga);
3. Adil terhadap lingkungan;
4. Adil terhadap Allah.
---- والله أعلم بالصواب ----
Sumber: Ustadz Aam Amiruddin, Majelis Percikan Iman
Friday, February 8, 2008
Cerita Waktu Pulang dari Sekolah
Yang menjadi renunganku selama perjalanan, ketika ibu itu bilang, "padahal si bapak tiap hari inginnya nganterin pake motor meskipun udah tua". Yang terbayang dalam pikiranku adalah bapak itu, walaupun aku tidak tau siapa bapak yang menjadi suaminya ibu itu. Dari kata-kata bapak itu, terbayang betapa sayangnya bapak itu terhadap istrinya. Aku jadi membayangkan bagaimana kehidupan mereka. Mereka memang sudah lanjut usia, tapi rasa sayang yang mereka punya masih mengalir. Mungkin kalo sudah tua cinta yang mereka rasakan adalah bukan rasa cinta yang seperti ketika mereka masih muda, tapi rasa sayang (kanyaah) yang telah sekian lama bersama dalam mengarungi lika-liku dan suka dukanya dalam rumah tangga. Mungkin itulah yang disebut dengan mawaddah bukan mahabbah lagi.
Penggunaan Dan Pengertian Istilah-Istilah Cinta (5)
41. Ar-Rasis (teguh, tegar)
Banyak orang yang menggunakan kata ini untuk penyebutan kekuatan hawa nafsu (rasîsul hawa), keteguhan cinta (rasîsul hubbi) dan kekuatan rindu (rasîsusy syauq). Dan mereka menyangka bahwa kata ini merupakan istilah cinta, padahal bukan sama sekali. Ar-Rasîs berarti sesuatu yang teguh dan tegar. Dan rasîsul hubbi berarti keteguhan cinta dan keabadiannya.
42. Ad-Dâ`ul Mukhamir (penyakit yang merasuk)
Istilah ini menjelaskan tentang sifat cinta, karena cinta itu membuat antara hati dan jiwa saling merasuk atau saling bercampur.
43. Al-Wuddu (cinta yang tulus)
Kata Al-Wuddu bermakna cinta yang tulus, lembut dan suci. Kedudukannya dengan cinta sebagaimana kedudukan lemah lembut dengan kasih sayang.
44. Al-Khullah (cinta yang satu)
Al-Khullah memiliki arti cinta yang satu. Al-Khalil berarti menjadikan cintanya hanya untuk satu orang yang dicintainya, yaitu yang tidak menerima persekutuan. Oleh sebab itulah Al-Khullah ini hanya dikhususkan untuk Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisâ yang artinya
“Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengambil aku menjadi kesayangan-Nya, sebagaimana Dia mengambil Ibrahim sebagai kesayangan-Nya”. (HR. Muslim)
Kata Al-Khilmu diambil dari kata Al-Mukhalamah yang berarti persahabatan atau kasih sayang.
46. Al-Gharâm (cinta yang dibutuhkan)
Kata Al-Gharâm bermakna cinta yang dibutuhkan. Bila dikatakan rajulun mughramun bil hubbi, maka berarti orang itu membutuhkan cinta.
47. Al-Huyâm (sangat dahaga)
Dalam kitab Ash-Shahhah disebutkan bahwa kata Al-Huyâm memiliki arti yang sangat luas dengan kerinduan atau yang lainnya. Dikatakan qalbun mustahamun berarti hati yang sangat haus dengan cinta. Dan kata Al-Huyyam mempunyai arti seperti orang gila karena cinta.
48. At-Tadliyah (gila, linglung)
Kata At-Tadliyah dalam kitab Ash-Shahhah berarti kehilangan akal atau gila karena cinta.
49. Al-Walahu (tidak waras, bingung)
Kata Al-Walahu memiliki arti, hilangnya akal atau menjadi tidak waras disebabkan oleh cinta. Bila dikatakan, “Naaqatun waalihun”, maka berarti unta itu sangat sayang kepada anaknya.
50. At-Ta’abbud (penghambaan)
Kata At-Ta’abbud berarti penghambaan. Dimana hal itu merupakan tujuan akhir (puncak) dari sebuah cinta dan sebuah ketundukan. Bila dikatakan, “Abbadahul hubbu” maka berarti ia diperbudak oleh cinta. Dan jika dikatakan, “Thariqun Mu’abbadun”, maka berarti jalan yang sering dilalui oleh kaki. Begitu pula keadaan orang yang sedang mencinta, ia akan selalu diperbudak dan diperhamba oleh cinta. Maka tingkatan ini tidak boleh diberikan kepada seorang pun kecuali kepada Allah SWT.
Sumber dari: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Mukhtashar Raudhatul Muhibbîn - Taman Orang-orang Jatuh Cinta)
Tuesday, February 5, 2008
Penggunaan Dan Pengertian Istilah-Istilah Cinta (4)
Al-Araqu juga merupakan gejala-gejala cinta dan kelazimannya yang memiliki arti tidak bisa tidur.
32. Al-Lahfu (sedih)
Al-Lahfu juga hukum-hukum dan gejala-gejala cinta. Al-Lahfu berasal dari kata Lahifa Yalhafu yang berarti sedih atau menyesal.
33. Al-Hanin (kerinduan, belas kasih)
Dalam kitab Ash-Shahhah disebutkan bahwa makna Al-Hanîn adalah rindu atau keterpautan jiwa.
34. Al-Istikanah (tunduk, menyerah)
Al-Istikanah merupakan hukum-hukum cinta dan kelazimannya dan bukan merupakan nama khusus untuk cinta. Asal makna kata Al-Istikanah adalah ketundukan.
35. At-Tabâlah (derita cinta)
Kata At-Tabâlah adalah bentuk wazan Fa’âlah. Jika dikatakan “Taballahu” maka berarti membinasakannya.
36. Al-Lau’ah (terbakar kerinduan)
Dalam kitab Ash-Shahhah disebutkan bahwa kata “Lau’atul Hubbi” berarti terbakar cinta. Jika dikatakan “Laa’ahul Hubbu” berarti hatinya terbakar oleh kerinduan.
37. Al-Futûn (ujian, cobaan)
Kata Al-Futûn merupakan bentuk mashdar dari kata fatana yaftinu futûnan.
Al-Khalil berkata, “Al-Fatnu berarti siksaan”. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzariyat: 13) yang artinya:
“(Hari pembalasan itu ialah) pada hari mereka diadzab di atas api neraka”.
Kata waraqun fatînun berarti tembaga yang terbakar. Dikatakan seseorang mendapat fitnah bila habis hartanya dan hilang akalnya. Dan wanita itu memfitnahnya berarti wanita itu membuatnya bingung. Yang dimaksud disini adalah bahwa cinta merupakan sarang fitnah (cobaan) dan tidaklah seseorang mendapatkan fitnah kecuali disebabkan oleh cinta.
38. Al-Junûn (gila, tidak waras)
Seseorang bisa dibuat gila karena cinta. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
Engkau gila karena orang yang dicinta;
Cinta yang membara lebih nyata dari gila;
Bara itu tidak padam sepanjang masa;
Orang yang gila menggelapar kapan pun juga.
39. Al-Lamamu (setengah gila, setengah sinting)
Menurut pendapat Al-Jauhari, Al-Lamanu merupakan bagian dari gila. Dikatakan rajulun malmun berarti orang itu setengah gila atau setengah sinting. Dan dikatakan juga Asbahat fulaanan minal-jinni lammatun berarti orang itu setengah sinting.
Kesimpulannya, kata Al-Lamamu tidak dimasukkan sebagai istilah cinta, namun karena memang orang yang dicintai dapat membuat orang yang mencintai menjadi setengah gila, maka kata Al-Lamamu ini dimasukkan sebagai salah satu dari istilah cinta.
40. Al-Khablu (binasa)
Al-Khablu merupakan konsekuensi dan pengaruh cinta dan bukan dari istilah-istilah cinta. Ia merupakan bagian dari gila dan kerusakan.
bersambung....
Sumber dari: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Mukhtashar Raudhatul Muhibbîn - Taman Orang-orang Jatuh Cinta)
Monday, February 4, 2008
Penggunaan Dan Pengertian Istilah-Istilah Cinta (3)
Asal kata Al-Wahalu memiliki arti rasa takut dan gemetar. Kata Al-Wahalu dijadikan salah satu dari istilah cinta karena cinta senantiasa dibayangi perasaan rasa takut.
Kebanyakan manusia ketika melihat orang-orang yang dicintainya maka berubahlah rona wajahnya dan menjadi gemetar. Jika ditanya mengapa hal itu bisa terjadi? Maka di antara mereka tidak yang mengetahui penyebabnya. Namun ada yang mengatakan, penyebabnya adalah bahwa kecantikan adalah penguasa bagi hatinya, sehingga jika cinta itu datang maka gemetarlah hati terhadap penguasanya. Sebagaimana seorang raja yang gemetar ketika ia menguasai rakyatnya. Maka kecantikan adalah penguasa bagi hatinya, dan raja adalah penguasa bagi rakyatnya. Jika kemampuan menguasai diri manusia bisa menggetarkan, maka bagaimana dengan kekuasaan yang lebih besar dari itu?
22. Asy-Syajnu (membutuhkan)
Asy-Syajnu adalah salah satu dari istilah-istilah cinta. Asy-Syajnu berarti membutuhkan dalam keadaan seperti apapun. Dan kebutuhan orang yang mencintai sangat besar terhadap orang yang dicintainya.
23. Al-Lâ’ij (hangus, terbakar)
Kata Al-Lâ’ij merupakan isim fa’il dari kata la’aja. Bila dikatakan la’ajahudl dlarbu maka berarti pukulan itu menjadikan tubuhnya sakit, atau membuat kulitnya menjadi hangus (lembam). Cinta diberi istilah dengan kata Al-Lâ’ij karena cinta dapat membakar hati seseorang.
24. Al-Ikti’âb (merana karena sedih)
Al-Ikti’âb memiliki arti keadaan yang buruk atau merana yang disebabkan rasa sedih.
Cinta disebut dengan istilah Al-Ikti’âb, karena seseorang bisa merana karena cinta dan orang yang dicintainya menghilang, sehingga di antara mereka berdua dalam keadaan yang memilukan.
25. Al-Washbu (derita cinta)
Al-Washbu bermakna derita cinta atau kepedihan cinta, karena asal makna dari kata Al-Washbu adalah sakit atau pedih.
26. Al-Haznu (kesedihan)
Kata Al-Haznu telah dianggap menjadi salah satu dari istilah cinta. Walaupun sebenarnya kata Al-Haznu tidak termasuk dari istilah-istilah cinta, ia hanya merupakan sebuah keadaan yang menimpa orang-orang yang mencintai. Dengan kata lain, kesedihan merupakan akibat dari hal-hal yang tidak disukai, yaitu menyelisihi sesuatu yang ia senangi. Hal ini disebabkan karena cinta tidak terlepas dari hal-hal yang tidak disenangi oleh hati orang yang mencintai, maka kesedihan merupakan kelaziman dari sebuah cinta.
27. Al-Kamadu (kesedihan yang terpendam di dalam hati)
Al-Kamadu berkaitan dengan erat dengan hukum-hukum cinta. Walaupun pada hakekatnya kata ini bukan merupakan istilah-istilah cinta. Namun bagi orang-orang yang berbicara tentang cinta tidak membedakan antara nama-nama, kelaziman dan hukum-hukum cinta. Dan kata Al-Kamadu memiliki arti kesedihan yang terpendam atau tersembunyi.
28. Al-Ladz’u (terbakar api)
Kata Al-Ladz’u juga termasuk dari hukum-hukum cinta. Makna asal dari kata Al-Ladz’u adalah tersambar (terbakar) api.
29. Al-Huraqu (gejala cinta)
Al-Huraqu merupakan pengaruh dan gejala-gejala cinta. Kata Al-Hurqah terkadang dipakai dalam istilah cinta, sebagaimana perkataan mereka:
“Engkau tidak memiliki pengaruh dalam urusan ini”
Kata Al-Huraqu terkadang juga dipakai dalam istilah marah.
30. As-Suhdu (sulit tidur)
As-Suhdu juga merupakan gejala-gejala cinta dan kelazimannya. Kata As-Suhâd berarti sulit tidur atau sedikit tidur.
bersambung....
Sumber dari: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Mukhtashar Raudhatul Muhibbîn - Taman Orang-orang Jatuh Cinta)
Friday, February 1, 2008
Penggunaan Dan Pengertian Istilah-Istilah Cinta (2)
Al-‘Isyq adalah istilah yang paling buruk dan paling jelek untuk nama cinta. Orang-orang Arab tidak suka menggunakan istilah ini, seakan-akan mereka menyembunyikan istilah ini dan tidak menggunakannya dalam bahasa resmi mereka. Bahkan hampir tidak terdapat dalam kata-kata sya’ir mereka. Istilah ini baru digunakan oleh orang-orang pada zaman ini. Dan istilah ini juga tidak terdapat dalam Al-Quran maupun di dalam As-Sunnah kecuali dalam hadits Suwaid bin Saad. Dan juga dalam perkataan mereka, sebagaimana perkataan seorang penyair:
Apa sulitnya bagi seorang pendusta;
Untuk berkata, padamu kuserahkan cinta;
Dia berkata, sebenarnya engkaulah kekasihku;
Sekalipun tidak ada ketulusan pada dirimu.
Dalam kitab Ash-Shahhah disebutkan, Al-‘Isyq bermakna puncak cinta.
Ibnu Sayyidah berkata: “Al-‘Isyq memiliki arti kekaguman orang yang mencintai terhadap orang yang dicintai baik itu cinta suci atau tidak, sehingga mengantarkannya ke tempat kesucian atau kejahatan”
Ada yang berpendapat bahwa:
a. Al-‘Isyq adalah nama cinta;
b. Al-‘Isyq adalah sumber cinta;
c. Al-‘Isyq diambil dari nama sebuah pohon yang bernama ‘Asyiqah, yaitu sebuah pohon yang menghijau lalu lama-kelamaan menjadi kuning;
Al-Farra’ berkata: “Al-‘Isyq adalah jenis sebuah tumbuhan yang menghasilkan getah perekat, maka cinta dinamakan dengan istilah Al-‘Isyq karena ia lengket dan merekat dalam hati seseorang”;
Ibnul A’rabi berkata, “Al-‘Asyaqah bermakna Al-Lublâbah yaitu jenis sebuah pohon yang menghijau lalu menguning.”
12. Al-Jawâ (cinta yang membara)
Dalam kitab Ash-Shahhah disebutkan bahwa arti Al-Jawâ adalah cinta yang membara disebabkan kecintaan yang meluap-luap atau cinta yang disertai dengan kesedihan.
13. Ad-Danafu (sakit karena cinta)
Orang-orang Arab sangat jarang sekali menggunakan istilah ini untuk cinta, mereka biasanya menggunakan istilah ini untuk hal-hal yang berkaitan dengan rasa sakit. Kata Ad-Danafu digunakan untuk istilah cinta oleh orang-orang pada zaman sekarang ini.
14. Asy-Syajwu (cinta yang berakhir dengan kegelisahan)
Makna Asy-Syajwu adalah cinta yang senantiasa diiringi perasaan gelisah dan kesedihan.
15. Asy-Syanqu (rindu)
Asy-Syanqu adalah pengelamaan hati untuk bersua dengan orang yang dicintai .
16. Al-Khilâbah (cinta yang menipu/ mengecoh)
Kata Al-Khilâbah mempunyai arti cinta yang menipu atau cinta yang mengecoh, yaitu cinta yang hanya sampai pada Al-Khilb, yaitu pembatas antara hati dan lambung. Cinta yang seperti ini disebut dengan Al-Khilâbah karena cinta itu dapat mengecoh dan menipu orang yang sedang dimabuk cinta.
Cinta yang demikian lebih tepat dinamakan dengan istilah Al-Khilâbah, karena cinta ini dapat seseorang buta, tuli, dan dapat menipu hati orang yang dicintai.
17. Al-Balâbil (gelisah)
Kata Al-Balâbil merupakan bentuk jamak dari kata balbalatun. Bila dikatakan, “Balâbilul hubbi” berarti yang senantiasa mengganggu cinta itu dan membuatnya gelisah.
18. At-Tabârih (cinta yang memuncak)
Jika dikatakan Tabârihul Hubbi, Tabârihusy Syauq dan Tabârihul Jawâ, maka berarti cinta yang memuncak, kerinduan yang memuncak, dan cinta yang menyala-nyala. Dan Barraha bihil Hubbu wasy Syauq bila ia dilanda cinta yang membara dan menyala-nyala.
19. As-Sadam (cinta yang berakhir dengan rasa sedih)
Kata As-Sadam berarti cinta yang berakhir dengan penyesalan dan kesedihan.
20. Al-Ghamarât (bodoh, lalai, mabuk)
Kata Al-Ghamarât adalah bentuk jamak dari kata Ghamratun, yang berarti sesuatu yang membuat hati menjadi bodoh karena cinta, mabuk, atau lalai.
Allah berfirman dalam Q.S. Adz-Dzariyât: 10-11) yang artinya:
“Terkutuklah orang yang berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai”.
Yakni kelalaian telah membuat hatinya terbenam dalam kebodohan dan kesesatan.
bersambung .....
Sumber dari: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (Mukhtashar Raudhatul Muhibbîn - Taman Orang-orang Jatuh Cinta)
Thursday, January 31, 2008
Penggunaan Dan Pengertian Istilah-Istilah Cinta (1)
Dikatakan bahwa makna asalnya adalah Ash-Shafaa’ yang berarti jenih atau bening. Karena orang-orang Arab mengatakan Ash-Shafaa’ (bening) ini untuk gigi yang putih dan bersih. Ada juga yang mengartikan bahwa kata Al-Mahabbah diambil dari kata Al-Habab yang berarti meluapnya air setelah turun hujan yang sangat deras. Dari sini, dapat sdisimpulkan bahwa kata Al-Mahabbah berarti luapatan dan kejolak hati ketika dirundung kerinduan untuk bertemu dengan orang yang dicintainya. Dikatakan juga bahwa ia berarti ketenangan dan keteguhan, seperti unta tenang dan tidak mau bangkit kembali setelah menderum. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
Satu cambukan mengenai unta
Cambukan tatkala ia menderum
Ada juga yang mengartikan bahwa kata Al-Mahabbah berarti inti sesuatu, bijinya dan asalnya. Karena biji itu merupakan asal tumbuh-tumbuhan dan pepohonan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kata Al-Mahabbah berarti sebuah wadah yang luas untuk mencapur sesuatu yang memuat banyak, di mana hati orang yang mencinta tidak mempunyai tempat yang lapang kecuali pada orang yang dicintainya.
Pendapat manusia tentang batasan makna kata Al-Mahabbah (kasih sayang)
Manusia memiliki banyak pendapat tentang batasan makna kata Al-Mahabbah ini, diantaranya yaitu:
a. Al-Mahabbah adalah kecenderungan yang terus menerus dengan hati yang meluap-luap;
b. Al-Mahabbah ialah mendahulukan kepentingan orang yang dicintai daripada kepentingan lain yang ada disekitarnya;
c. Al-Mahabbah adalah menaati orang yang dicintai, baik yang dicintai itu ada disampingnya atau tidak;
d. Al-Mahabbah adalah keinginan yang tidak berkurang karena kekeringan dan tidak bertambah karena basah;
e. Al-Mahabbah adalah menjaga batas. Jadi tidak benar orang yang mengaku mencintai namun dia melanggar batas;
f. Al-Mahabbah adalah tenang tapi gelisah dan tidak tenang kecuali bila bersama orang yang dicintainya, maka hati akan tenang dan tidak gelisah bila berada di sisi sang kekasih. Inilah makna dari perkataan mereka, bahwa Al-Mahabbah itu adalah kegelisahan hati secara terus-menerus karena memikirkan sang kekasih dan spontanitas akan menjadi tenang bila telah bersanding dengannya;
g. Al-Mahabbah berarti terus-menerus mendampingi sang kekasih. Seperti dikatakan dalam sebuah sya’ir:
Aku merasa aneh terhadap diriku, karena aku mencintai mereka;
Kutanya setiap orang yang berlalu, padahal mereka bersanding bersamaku;
Mataku terus mencari mereka, padahal mereka tetap ditempatnya;
Hatiku terus dirundung rindu, padahal mereka ada di antara tulang igaku.
2. Al-Alâqah (cinta, hubungan, segumpal darah)
Al-Alâqah disebut juga dengan Al-‘Alaq, seperti kata Al-Falaq dan itu merupakan salah satu dari nama cinta. Al-Jauhari berkata, “Al-‘Alaq disebut juga dengan Al-Hawa yang berarti nafsu. Seperti dikatakan, “Pandangan yang dipenuhi nafsu”.
Seorang penyair berkata:
Ku ingin bersabar menghadapi dirimu;
Tapi nafsu yang terpendam lama menghalangiku.
3. Al-Hawâ (hasrat, nafsu, keinginan)
Al-Hawâ adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu. Asal katanya adalah hawiya-yahwa-hawan, seperti bentuk amiya-ya`ma-`aman. Sedangkan arti dari kata hawa-yahwi adalah jatuh, masdarnya adalah al-huwiyyu. Disebut al-hawâ, karena ada hasrat dan keinginan terhadap orang yang dicintai. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:
Yang berhasrat merebut hati telah bosan;
Lalu hasratmu dicipta seperti yang engkau inginkan.
Jika dikatakan, “Inilah hasrat Fulan dan Fulanah menjadi hasrat Fulan”. Artinya, Fulanah menjadi orang yang diinginkan oleh si Fulan dan orang yang dicintainya. Namun, istilah al-hawâ ini sering kali dikonotasikan untuk istilah cinta yang tercela. Seperti firman Allah dalam Q.S. An-Nazi’at: 40-41 yang artinya:
“Dan adapun orang-orang yang taku kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya”.
Cinta disebut dengan istilah Al-Hawâ, karena cinta menjadi nafsu dan hasrat bagi orang yang memilikinya. Namun, adakalanya al-Hawâ juga digunakan untuk cinta yang terpuji sekalipun dengan batasan tertentu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
“Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang kubawa” (Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah nomor 15 dan Al-Bahawi dalam Syarh As-Sunnah, 1/12 dan sanadnya dha’if).
4. Ash-Shabwah (kerinduan)
Ash-Shabwah atau Ash-Shabâ yang berarti kerinduan adalah salah satu dari nama cinta. Asal kata Ash-Shabwah bermakna condong. Sebagaimana dikatakan “shabâ ilâ kadza” artinya ia condong kepada sesuatu. Cinta disebut dengan istilah Ash-Shabwah karena pelakunya condong kepada wanita yang bersifat kekanak-kanakan. Bentuk jamak dari kata Ash-Shabwah adalah Shabâyâ, seperti Mathâyâ yang berasal dari kata Mathiyyah. Sedangkan At-Tashâbî berarti saling condong.
5. Ash-Shababah (kerinduan yang halus)
Dalam kitab “Ash-Shahhah” disebutkan bahwa Ash-Shababah berarti kerinduan yang halus atau kerinduan yang membara. Seperti dikatakan “Rajulun shabbun” yang artinya orang yang rindu dendam.
6. Asy-Syaghafu (cinta yang mendalam)
Asy-Syaghafu berarti cinta yang mendalam merupakan salah satu dari nama cinta. Allah berfirman dalam Q.S. Yusuf: 30 yang artinya:
“Sesungguhnya cintanya kepada bujangnya itu sangat mendalam”.
Al-Jauhari dan yang lainnya berkata, “Asy-Syaghaf” bermakna lapisan yang membungkus hati, yaitu kulit yang berada diluarnya seperti pembungkusnya”. Dikatakan “Syaghafahul Hubbu” berarti cinta yang sampai pada kulitnya saking dalamnya.
7. Asy-Sya’afu (cinta yang membawa penderitaan)
Dalam ash-Shahhah disebutkan sya’afahul hubbu berarti cinta itu membakar hatinya. Abu Zaid berkata, “cinta itu membuat hatinya sakit dan menderita”.
8. Al-Miqatu (cinta)
Al-Miqatu berasal dari kata wamiqa-yamiqu yang berarti cinta.
9. Al-Wajdu (cinta yang disertai rasa sedih)
Al-Wajdu berarti cinta yang senantiasa disertai perasaan sedih. Kebanyakan kata al-wajdu digunakan untuk menyebutkan perasaan sedih.
10. At-Tatayyum (penghambaan)
At-Tatayyum memiliki arti penghambaan. Dalam kitab Ash-Shahhah disebutkan “Taymullah” berarti hamba Allah. Jika dikatakan “Tayammahul Hubbu” berarti ia diperbudak dan diperhamba oleh cintanya. Makanya, orang disebut Mutayyimun yang artinya diperbudak cinta.
Monday, January 14, 2008
Bahasa Arab
Dalam Q.S. Yusuf 12: 2 Allah SWT berfirman yang artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Qur`an berbahasa Arab, agar kamu mengerti".
Untuk memahami Al-Qur`an, maka harus mempelajari bahasa Arab. Untuk menguasai bahasa Arab maka kita harus mempelajari Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf.
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab (grammar/ sintaksis).
Ilmu Sharaf adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan kata dalam bahasa Arab (morfologi).
الصرف أم العلوم والنحو أبوها
"Ilmu sharaf adalah ibunya semua ilmu, sedangkan nahwu adalah bapaknya".