Pages

Dengan Menyebut Nama-Mu Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Dengan Menyebut Nama-Mu Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
YAA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII 'ALAA DIINIKA "WAHAI YANG MEMBOLAK-BALIKKAN HATI, TEGUHKAN HATIKU PADA AGAMA-MU"


Wednesday, April 11, 2007

Sikap Manusia Terhadap Kebenaran

Manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Kebenaran ada dua jenis, yaitu:
1. Kebenaran absolut, yaitu kebenaran yang datang dari Allah SWT. Kebenaran absolut disebut juga kebenaran wahyu.
Ada tiga sikap manusia terhadap kebenaran absolut, yaitu:
a. Menzhalimi kebenaran (ظالم لنفسه), yaitu orang-orang yang hatinya tertutup menerima cahaya hidayah Allah SWT. Kebenaran itu sampai kedapa orang tersebut tetapi dia tidak bisa mengaktualisasikannya atau mengamalkannya. Jika diibaratkan seperti cermin yang tidak dapat memantulkan cahaya;
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah 2: 272 yang artinya:
"Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari ridha Allah. Dan apapun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizhalimi (dirugikan)".
b. Bersikap pertengahan (مقتصد);
c. Berlomba untuk menemukan dan mengimplementasikan kebenaran (سابق بالخيرات).
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Fathir 35: 32, yang artinya:
"Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzhalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar".
2. Kebenaran relatif, yaitu kebenaran yang ditemukan melalui riset/penelitian dan rasionalitas. Kebenaran relatif disebut juga kebenaran ilmiah.
Sifat kebenaran absolut ada dua macam, yaitu:
a. Mutlaq, yaitu harus diterima apa adanya, tidak perlu dipertanyakan, yang penting diyakini dan diamalkan;
b. Relatif, yaitu ketentuan-ketentuan yang datang dari Allah dan bisa dirasionalisasikan atau dapat ditemukan jawaban-jawaban rasionalnya.
*************************************************************************************
Sumber: Majelis Percikan Iman (Ustadz Aam Amiruddin)

No comments: