Pages

Dengan Menyebut Nama-Mu Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Dengan Menyebut Nama-Mu Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
YAA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII 'ALAA DIINIKA "WAHAI YANG MEMBOLAK-BALIKKAN HATI, TEGUHKAN HATIKU PADA AGAMA-MU"


Monday, March 17, 2008

NAK... KITA BELAJAR BAHASA ARAB YUUK..!!




by: amanyl_qodariyah

STOP KEKERASAN RUMAH TANGGA!!!

Dialog Pendidikan (12 Maret 2008) Sumber: Kak Seto

PERAN ORANG TUA DALAM MENJAMIN TUMBUH KEMBANG ANAK YANG OPTIMAL

Oleh: Kak Seto

Disampaikan dalam DIALOG PENDIDIKAN tanggal 12 Maret 2008 Perguruan Darul Hikam di Gedung BAPEDA Dago

Pendahuluan
Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan masa depan yang gilang gemilang bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi orang yang sukses, berguna bagi nusa dan bangsa, berhasil dalam karir, menjadi insan yang shaleh, berilmu, dan bertaqwa. Ini tentu menjadi dambaan kita semua, para orang tua yang menyintai putra-putrinya. Oleh karena itu, semua orang tua sangat berperan dan bertanggung jawab untuk mendidik putra-putrinya dengan baik.

Peran Penting Orang Tua
Namun perlu senantiasa kita ingat bahwa anak-anak sebagai generasi yang unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal.
Dengan demikian, para orang tua memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan tersebut guna merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Ini semua dapat dimulai sejak bayi. Bayi-bayi memperoleh berbagai rangsang mental dalam bentuk pengalaman yang kaya, juga cenderung akan memiliki perkembangan jiwa yang sehat. Pengalaman tersebut dapat berupa sentuhan yang hangat, dekapan, belaian, senandung lagu-lagu yang merdu atau dongeng-dongeng indah yang dibacakan ibu dalam suasana kasih sayang yang hangat.

Bayi-bayi yang memperoleh sentuhan emosional demikian akan tumbuh sehat dan cerdas kelak di kemudian hari. Suasana yang penuh kasih sayang mau menerima anak sebagaimana apa adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segenap aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban bagi tumbuhnya generasi unggul di masa depan.

Memahami Anak
Di sisi lain, keberhasilan suatu pendidikan juga sering dikaitkan dengan kemampuan orang tua dan guru dalam hal memahami anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki potensi-potensi yang berbeda satu sama lain namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman yang indah. Mereka akan tumbuh dan merekah bersama.
Selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan lagi yang perlu kita perhatikan dalam kaitannya dalam upaya kita memahami anak yaitu bahwa anak adalah:

Bukan Orang Dewasa Mini
Anak adalah tetap anak-anak, bukan orang dewasa ukuran mini. Mereka memiliki keterbatasan-keterbatasan bila harus dibandungkan dengan orang dewasa. Selain itu mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak.
Untuk itu menghadapi mereka dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam. Mengharapkan mereka bisa mengerti sesuatu dengan cepat dengan membayangkan bahwa mereka adalah orang-orang dewasa seperti kita, tentu bukan merupakan sikap yang bijaksana.

Dunia Bermain
Dunia mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh dengan spontanitas dan menyenangkan. Sesuatu akan dilakukan oleh anak dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Namun sebaliknya akan dibenci dan dijauhi oleh anda apabila suasananya tidak menyenangkan.
Seorang anak akan rajin belajar, melakukan pekerjaan rumahnya apabila suasana belajar adalah suasana yang menyenangkan dan menumbuhkan tantangan.

Berkembang
Anak selain tumbuh secara fisik, juga berkembang secara psikologis. Tidak biasa anak yang dulu sewaktu masih bayi tampak begitu lucu dan penurut, sekarang pada usia empat tahun, misalnya, juga tetap dituntut lucu dan penurut. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan anak menampilkan perilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase perkembangan tersebut.
Dengan memahami bahwa anak berkembang, kita akan tetap tenang dan bersikap dengan tepat menghadapi berbagai gejala yang mungkin muncul pada setiap tahap tertentu perkembangannya tersebut.

Senang Meniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara meniru.
Anak-anak yang gemar membaca umumnya adalah anak-anak yang mempunyai lingkungan dimana orang-orang disekelilingnya juga gemar membaca. Mereka meniru ibu, ayah, kakak, atau orang-orang lain disekelilingnya yang mempunyai kebiasan membaca tersebut.
Dengan demikian maka orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilalu bersemangat dalam mempelajari hal-hal baru.

Kreatif
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri individu yang kreatif. Misalnya: rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, imajinasi yang tinggi, minat yang luas, tidak takut salah, berani menghadapi resiko, bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal yang baru, dan sebagainya. Namun sering dikatakan bahwa begitu anak masuk ke sekolah, kreativitas anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran di TK dan SD terlalu menekankan pada cara berpikir yang konvergen, sementara berpikir secara divergen kurang dirangsang.

Dalam hal ini maka orang tua dan guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak, dengan bersikap luwes dan kreatif pula. Bahan-bahan pelajaran di sekolah, termasuk bahan ulangan ujian hendaknya tidak sekedar menuntut anak untuk memberikan satu-satunya jawaban yang benar menurut guru atau kunci. Kepada mereka tetaplah perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya secara liar, dengan menerima dan menghargai adanya alternatif jawaban yang kreatif. Begitu pula orang tua di rumah, hendaknya tidak selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak, namun secara rendah hati tetap harus menerima gagasan anak yang mungkin tampaknya aneh dan tidak lazim. Sebab hanya dengan demikian anak pun akan terpacu untuk belajar dengan motivasi yang tinggi.
Anak-anak yang dihargai cenderung akan terhindar dari berbagai psikologis serta akan tumbuh dan berkembang secara lebih optimal.

Komunikasi yang Efektif
Selain kemampuan untuk memahami anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal sebaiknya orang tua maupun guru sebagai pendidik juga dapat menjalin komunikasi yang efektif dengan kepada anak agar saluran komunikasi antara orang tua dan anak dapat senantiasa terbuka sehingga terjalin hubungan yang hangat dan akrab, didasarkan pada suasana kasih sayang dan menghargai.

Anak-anak sering tidak mau melanjutkan berkomunikasi dengan orang tua, hanya karena waktu anak menceritakan masalahnya orang tua dan kemudian menyalahkan atau memberikan kuliah secara panjang lebar. Pesan yang terkandung didalamnya, kalau tidak menasehati, memberi ceramah, mengkritik, menyalahkan atau mungkin memerintah atau mengancam.
Reaksi-reaksi semacam ini tentu saja akan merusak komunikasi. Anak tersinggung dan tak ingin melanjutkan kembali komunikasinya, karena mereka akan kecewa, sedih, benci, merasa tidak dimengerti dan bahkan marah.

Dalam hal anak mengungkapkan perasaan atau masalahnya, orang tua pertama kali perlu membuka pintu lebar-lebar dan mengundang anak-anak untuk berbicara lebih banyak.
Selanjutnya orang tua juga perlu belajar mendengar aktif, yaitu proses mendengar dimana penerima berusaha untuk mengerti perasaan pengirim, atau berusaha untuk mengerti arti pesan yang dikirimkan. Dalam hal ini pengertian yang diterimanya dinyatakan dalam sebuah kalimat dan dikirim kembali kepada pengirim sebagai umpan balik. Jadi penerima tidak mengirimkan pesannya sendiri dalam bentuk penilaian, pendapat, nasehat, analisis atau kritik tetapi murni sebagai apa yang dianggapnya sebagai arti pesan si pengirim. Itu saja, tidak lebih.
Melalui proses mendengar aktif, orang tua memperlihatkan bahwa ia menerima perasaan anak, sehingga anakpun tertolong untuk dapat menerima pendapat orang lain termasuk orang tua. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih bertanggung jawab serta memudahkan pemecahan masalah oleh anak.

Mendengar aktif memerlukan sejumlah sikap dasar tertentu dari orang tua, agar dapat berfungsi secara efektif. Yaitu bahwa pada saat tersebut orang tua harus:
- mau mendengar anak;
- bersungguh-sungguh mau menolong anak;
- dapat meneriman perasaan anak;
- mempercayai kemampuan anak;
- menyadari bahwa perasaan tersebut hanya sementara;
- menyadari bahwa anak adalah individu.

Apabila hal di atas belum memungkinkan, maka orang tua perlu mencari waktu secara khusus agar sikap dasar di atas dapat dipenuhi.

Cara mendengar aktif ini dipergunakan oleh orang tua apabila persoalan ada pada diri anak. Misalnya: anak tidak mau mengerjakan PR, anak tidak mau ke sekolah, anak ingin memiliki sesuatu sebagaimana dimiliki oleh teman-temannya dan sebagainya. Lalu bagaimanakah langkah untuk komunikasi dimana persoalan bermula dari pihak orang tua?

Bila cara yang disampaikan cenderung kasar dan menggurui hal ini akan merusak komunikasi antara orang tua dengan anak. Karena dengan cara demikian anak akan merasa bersalah, harga dirinya turun, membuat pertahanan diri yang kuat, menolak usaha orang tua, dan kemudian terdorong untuk menyerang orang tua atau timbul keinginan untuk membalas dendam.
Orang tua perlu memilih suatu cara yang lebih efektif untuk mempengaruhi anak agar merubah tingkah lakunya yang tidak dapat diterima oelh orang tua. Cara itu adalah “pesan diri” atau “pesan aku”, yaitu suatu cara yang tidak mengundang pertentangan atau pemberontakan anak. Dalam hal ini secara jujur orang tua harus mengatakan kepada anak akibat dari tingkah lakunya tersebut terhadap orang tua. Bukannya dengan mencap bahwa ada sesuatu yang buruk pada diri anak akibat ia bertingkah laku demikian.

“Pesan diri” di atas akan jauh lebih efektif untuk mempengaruhi anak dibandingkan dengan cara sebelumnya, disamping juga lebih sehat untuk hubungan orang tua dengan anak. Dalam hal ini tanggung jawab untuk mengubah tingkah laku tetap diletakkan pada diri anak sendiri, tanpa harus mengatakan bahwa anak itu “jahat” atau “bandel”. Karena “pesan diri” merupakan suatu pesa yang jujur, maka pesan semacam ini cenderung akan mempengaruhi anak untuk mengirimkan pesan yang jujur pula bilamana ia memiliki suatu perasaan tertentu.
Guna mengatasi kemungkinan timbulnya konflik, orang tua juga dapat melakukan usaha untuk mengubah lingkungan, sehingga kebutuhan anak tetap dapat terpenuhi tanpa harus mengganggu orang tua. Misalnya:
· Memperkaya lingkungan, berupa penyediaan suatu tempat khusus di garasi yang dipenuhi dengan alat-alat mainan, bahan bacaan, perlengkapan untuk merangsang kreativitas anak dan sebagainya;
· Menciptakan lingkungan “tahan anak”, berupa usaha menjauhkan anak dari benda-benda berbahaya seperti pisau yang tajam, korek api, obat-obatan, kabel listrik, barang pecah belah, dan sebagainya;
· Menciptkan lingkungan berupa penyediaan alat-alat yang mudah dijangkau oleh anak seperti almari kecil untuk anak, wastafel yang mudah dijangkau, piring dan cangkir plastik yang tidak mudah pecah dan sebagainya;
· Merencanakan bersama, berupa usaha untuk membicarakan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak, misalnya memberitahukan akan datangnya seorang tamu, rencana ayah yang akan ke luar kota, bagaimana penggunaan telpon, jam berapa anak harus tidur, tugaas anak-anak di hari lebaran, dan sebagainya.

Mengembangkan Kecerdasan dan Kreativitas
Menyadari akan arti penting perencanaan orang tua bagi upaya pengembangan kecerdasan anak di rumah, maka sangat dianjurkan kepada setiap orang tua untuk meluangkan waktu secara teratur bagi putra-putri balitanya.

Untuk mengembangkan kemampuan bahasa, misalnya, biasakan agar orang tua rajin menjalin percakapan dengan si kecil. Pada saat anak masih bayi ajaklah ia berbicara dengan suara yang halus meskipun anak belum mengerti artinya, pada waktu anak berusia 2 – 3 tahun, biasakanlah untuk membacakan cerita-cerita dari buku-buku dengan gambar-gambar yang menarik, ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya.
Melalui cara-cara sederhana, pada usia dini anak sudah mulai dapat diperkenalkan pada kegiatan membaca dan menulis, misalnya dengan cara menempelkan tulisan-tulisan pada benda-benda di sekitar anak, sekitar kursi, meja, televisi, pintu, jendela, dan sebagainya. Atau kepada anak diberikan kertas ukuran besar agar anak dapat menggambar huruf-huruf sederhana seperti O, I, U, A, dan sebagainya.

Untuk mengembangkan kemampuan dasar matematika, anak dapat diperkenalkan pada konsep matematika secara sederhana seperti misalnya menghitung jumlah anak tangga, menghitung panjang meja dengan jengkal si anak, mengukur tinggi dan berat anak sendiri.
Sementara untuk memuaskan kebutuhan ilmiahnya, kepada anak bisa diajak untuk menjelajahi dunianya dengan cara melakukan berbagai eksperimen seperti mengamati tumbuhnya kecambah, mengamati proses telur yang sedang menetas, memperhatikan saat pesawat udara tinggal landas atau mendarat, dan sebagainya.

Kaitkan semua kegiatan di atas sebagai suatu aktivitas yang menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Dengan demikian anak akan tumbuh dengan hasrat ingin tahu yang besar, kemampuan logika yang baik, senang membaca dan menulis, serta menyukai berbagai gagasan matematika. Ini adalah hal-hal yang merangsang pengembangan kecerdasan anak.
Untuk mengembangkan kreativitas anak sejak usia dini, orang tua hendaknya dapat melakukan berbagai hal di rumah bersama si kecil, dengan cara yang sederhana, mudah dan tidak harus selalu dengan biaya yang mahal. Misalnya:
- mendongeng;
- berkarya kreatif;
- melukis bebas;
- menjaga lingkungan sekitar.

Bila hal ini dilakukan, kiranya akan tumbuh anak-anak kreatif yang mampu memiliki berbagai gagasan cemerlang yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya maupun lingkungannya kelak.

Dari berbagai macam penelitian diperoleh kesimpulan bahwa upaya untuk merangsang kecerdasan dan kreativitas anak tidak hanya dapat dilakukan di sekolah melalui peran penting guru, namun yang lebih penting justru melalui kegitan bermain di rumah bersama orang tua.
Banyak dijumpai anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual atau kreativitas luar biasa, adalah anak-anak yang justru memperoleh semangat dan dorongan dari orang tuanya di rumah. Dalam keluarga anak-anak tersebut, orang tua terlibat aktif secara intelektual dalam proses perkembangan anak-anaknya. Mereka berdiskusi mengenai pelajaran maupun berbagai hal, bertanya, berasumsi, menyelidiki, dan mengeksplorasi berbagai objek.

Orang tua John Irving, misalnya, menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain dan terlibat secara intelektual bersama John setiap hari, sehingga anak tersebut akhirnya menjadi penulis ternama. Begitu pula orang Steven Spielberg, tak jemu-jemunya berdialog dan melayani aneka pertanyaan serta rasa ingin tahu Steven, sehingga akhirnya anak tersebut menjadi sutradara terkenal. Tak terkecuali, orang tua Thomas Alva Edison juga memeran peranan penting bagi perkembangan anak tersebut sehingga akhirnya Thomas menjadi seorang penemu ulung.

Rumah yang menunjang kecerdasan dan kreativitas adalah rumah dimana anak dan orang dewasa yang berada didalamnya terlibat dalam kebiasaan kreatif. Mereka mempertanyakan apa yang dilihat, berusaha menemukan sesuatu yang baru dalam menjawab suatu persoalan serta mencipta hal-hal baru sebanyak mungkin. Sikap para orang tua di sini mampu untuk mendorong anak untuk maju dan mencoba hangat dan selalu memberi semangat serta menunjukkan sikap senang dan bekerjasama dengan anak-anaknya di rumah.

Suasana yang penuh kasih sayang, mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul di masa yang akan datang.

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Danah Zohar dan Ian Marshal dalam bukunya yang berjudul “Connecting with Our Spiritual Intelligence” (2000) menyatakan bahwa dalam otak manusia ditemukan adanya eksistensi God-Spot sebagai pusat spiritual yang terletak antara jaringan syaraf dan otak. Adanya God-Spot dalam otak menunjukkan bahwa manusia memiliki kepekaan terhadap makna hidup dan nilai-nilai kehidupan.

Kecerdasan spiritual dapat menumbuhkan fungsi manusiawi seseorang sehingga membuat mereka lebih kreatif, luwes, berwawasan luas atau spontan, dapat menghadapi perjuangan hidup, menghadapi kecemasan dan kekhawatiran, dapat menjembatani antara dini sendiri dan orang lain serta menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama.

Peran orang tua dalam upaya menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual sangat penting, sama pentingnya dalam upaya orang tua dalam menumbuhkembangkan potensi kecerdasan anak pada bidang yang lainnya. Dalam hal ini sebaiknya yang dilakukan oleh orang tua adalah:
· Usahakan untuk tidak mematikan spontanitas anak;
· Usahakan untuk tidak selalu berprasangka buruk ada anak maupun orang lain;
· Upayakan agar dapat mendidik dan membesarkan anak dengan kasih sayang serta keakraban dalam lingkungan keluarga;
· Tumbuhkanlah rasa percaya anak dengan tidak menekan anak sehingga menjadi takut mencoba sesuatu hal yang baru serta dapat mengambil kesimpulan yang salah terhadap suatu peristiwa;
· Upayakan agar anak dapat membuat dan memiliki prioritas hidup.

Selanjutnya, bagaimana caranya agar hal ini dapat diwujudkan pada anak-anak kita sejak usia dini sebagai persiapan menyongsong milenium ke III yang lebih penuh dengan tantangan?
Suasana damai dan penuh kasih sayang dalam keluarga, contoh-contoh nyata berupa sikap saling menghargai satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi kesulitan, sikap disiplin dan penuh semangat, tidak mudah putus asa, lebih banyak tersenyum daripada cemberut, semua ini memungkinkan anak mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan kecerdasan kognitif, kecerdasan emosional maupun kecedersan moral dan spiritualnya.

Penutup
Anak-anak unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh secara optimal. Dalam hal ini orang tua, memainkan peranannya yang sangat penting. Oleh karena itu, tentunya dibutuhkan suatu kesungguhan dari kita semua, para orang tua untuk secara tekun dan rendah hati melakukan hal-hal yang terbaik bagi putra-putri kita.
Kiranya uraian di atas dapat memberikan sedikit wawasan bagi para orang tua untuk usaha-usaha tersebut. Semoga.

Kepustakaan
Amabile, T.M. (1989). Growing Up Creative. New York: Crown Publishers, Inc.
Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligences. New York: Basic Books – Harper Collins Publ.,Inc.
Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence. New York: Batmans Books.
Lewis, D. (1982). How to be a Gifted Parent. New York: Barkeley Books.
Papalia, Diane E. & S.W. Olds. (1995). Human Development. New York: MeGraw – Hill, Inc.

Monday, March 3, 2008

MENJADI DIRIKU

(" ")
(^0^)
=00=00==

Qta nyanyi yuuk!!!!

Tak seperti bintang di langit;
Tak seperti indah pelangi;
Karna diriku bukanlah mereka;
Ku apa adanya;

Wajahku kan memang begini;
Sikapku jelas tak sempurna;
Kuakui ku bukanlah mereka;
Ku apa adanya;

Reff:

Menjadi diriku;
Dengan segala kekurangan;
Menjadi diriku;
Atas kelebihanku

Terimalah aku;
Seperti apa adanya;
Aku hanya insan biasa;
Tak butuh sempurna;
Tetap ku bangga;
Atas apa yang kupunya;
Setiap waktu kunikmati;
Anugrah hidup yang kumiliki..

#Edcoustic#